Wednesday 20 November 2013

Cerpen : Pengembara - Kurniawan Gunadi

Apa yang ibu bicarakan semalam terasa asing sekaligus terasa sangat benar. Aku hidup ditengah-tengah keluarga perempuan. Saudariku sepupuku semua perempuan. Di rumah sebesar ini pun, ayah ku adalah laki-laki satu-satunya ditengah-tengah 4 orang perempuan, aku-ibu-adiku-dan satu orang pembantu.
Ibarat buah, akan tiba saatnya dia masak. Hendak dimakan binatang malam, tinggal membusuk, jatuh tak terabaikan, atau dipetik dan diranumkan dengan baik. Buah tidaklah bisa memilih kapan dia harus ranum, ada waktunya.
"Kau sudah ranum, gadis seusiamu tentu harus belajar tentang laki-laki meskipun kau bersikeras menolak kehadirannya Nak", Ibu berkata lembut sembari melanjutkan rajutannya. Sebuah syal dengan benang terbaik. Untuk ayah.
"Semakin kau menghindar, kau akan semakin tersesat dan itu akan membahayakan dirimu sendiri. Mengenalnya tidak harus dengan berdekatan. Sejak Adam hingga saat ini, laki-laki itu sama. Ya seperti-seperti itu saja. Baik juga seperti itu dan yang buruk pun juga seperti itu. Perubahan yang ada tidak begitu signifikan. Istilahnya belajar dari sejarah"
Ibu tetap asik dengan bicaranya sementara aku malas-malasan mendengarkannya sambil membaca buku. Hanya disambut dengan sedikit gumaman.
"Daridulu, laki-laki itu pengelana anakku. Dia adalah pengembara yang selalu berjalan kesana kemari. Singgah sebentar untuk menikmati suasana tempat ia singgah, mencari minum, atau beristirahat. Selebihnya dia akan melanjutkan perjalanan. Dan yang bisa memutuskan perjalanan itu hanya satu : pernikahan. Kitalah yang memutuskan perjalanan mereka, membuat mereka menetap pada satu tempat dan menikmati kehidupan bersama-sama. Sebelum ada ikatan pernikahan, laki-laki akan tetap menjadi pengembara meskipun mulutnya bicara ingin tinggal menetap. Kau harus hati-hati, jangan sampai menjadi tempat persinggahan"

Ibu menghentikan rajutannya dan memperhatikanku. Aku tersenyum terpaksa. Mungkin ibu putusasa, ceritanya tak lagi berlanjut dan itu membuatku memikirkan kata-katanya. Pengembara, tempat singgah, pernikahan.
Bandung, 18 Juni 2013
Dan saya hanya bisa terpaku membaca tulisan ini..

No comments:

Post a Comment