Biography



Seringkali aku berkata, ketika orang memuji milik ku, bahwa sesungguhnya ini hanya titipan.
bahwa mobilku hanya titipanNya
bahwa rumahku adalah titipanNya
bahwa hartaku hanya titipanNya
bahwa putraku hanya titipanNya 
tetapi mengapa aku bertanya, mengapa Dia menitipkan padaku?

Untuk apa Dia menitipkan padaku?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milikNya ini?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali olehNya?

Ketika diminta kembali, kusebut itu musibah
kusebut itu ujian, kusebut itu petaka
kusebut dengan panggilan apa saja untuk melukiskan bahwa itu adalah derita.
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku
Aku ingin lebih banyak harta, ingin lebih banyak mobil
Ingin lebih banyak rumah, lebih banyak popularitas
dan kutolak sakit, kutolak kemiskinan
Seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku
Seolah keadilan dan kasihNya harus berjalan seperti matematika
aku rajin beribadah maka selayaknyalah derita menjauh dariku
dan nikmat dunia kerap menghampiriku
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan Kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku", dan menolak keputusanNya yang tak sesuai keinginanku

Gusti, padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanyalah untuk beribadah..
"ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"
(Makna Sebuah Titipan, "Puisi Rendra")

Kepada ruang yang telah menemukan bentuknya, mari berbicara..

Jakarta,18 Juni 2013

No comments:

Post a Comment