Wednesday 16 October 2013

Hubungan Manusia

Saya selalu berfikir setiap kali berkunjung ke blog Masgun. Tidak pernah tidak sekalipun saya tidak mendapatkan pelajaran, mendapatkan sebuah pemikiran lain tentang apa yang saya fikirkan sebelumnya dan ternyata ketika saya masuk ke salah satu tulisannya, saya seperti mendapatkan sebuah jawaban. Seperti tulisannya yang satu ini :
Dari salah satu kegemaranku membaca orang lain. Saya juga suka membaca hubungan mereka terhadap orang lain. Saya menolak untuk dikatakan kepo. Karena membaca itu tidak dari timeline (naoon
Melihat betapa sempitnya dunia disekitar saya akibat begitu banyak irisan dengan orang lain. Mengenal satu orang kemudian secara otomatis menjadi kenal orang tersebut dalam satu lingkaran kehidupannya.
Perempuan dalam banyak hubungan, baik resmi maupun tidak resmi secara agama dan negara, lebih sering menjadi korban dari sikap ketidak-hati-hatian laki-laki. Saya laki-laki 100% dan sebagai bagian dari laki-laki itu, saya bisa jadi telah banyak membocorkan rahasia laki-laki melalui tulisan-tulisan. Tidak ada salahnya saling mengetahui. Karena saya memiliki pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan, sejak jaman nabi adam hingga kelak akan kiamat. Keduanya memiliki karakter dasar masing-masing dan itu terpola. Jika seseorang mengatakan memahami perempuan itu sulit, mungkin dia tidak belajar dari sejarah perempuan sejak nabi Adam. Begitu pula sebaliknya.Pelajaran ini mudah apabila seseorang mau membuka hati dan pikirannya. Tidak menyempitkan sudut pandangnya.
Kembali ke topik semula bahwa dalam banyak hal, perempuan lebih sering menjadi korban. Baik itu korban fisik (bagi yang hubungannya cukup ekstrem) atau korban perasaan karena janji-janji atau hal-hal yang dilakukan laki-laki kepadanya kemudian tidak ia tepati.
Saya dalam diskusi dengan teman yang sangat panjang pada suatu hari yang indah, mendapat kesimpulan satu kalimat saja : Hal terakhir yang dapat dipercaya dari laki-laki adalah ucapannya. 
Beberapa orang menempatkan apa yang diucapkan laki-laki ini di hal pertama, sehingga ketika dibohongi sekali. Mereka tetap saja mau dibohongi sampai 2-3-4-….34546346565 kalinya. Laki-laki baik akan sangat hati-hati urusan yang satu ini. Dalam pertemanan saya di lingkaran Salman, saya pun belajar dari laki-laki yang sangat hati-hati. Dia baik kepada semua perempuan, tapi tidak serta merta dia berjanji kepada semua perempuan itu. Kebaikannya ini aman karena setiap perempuan yang dibaiki (bahasanya jadi aneh) tidak merasa ada satu hal-pun yang dia janjikan tentang perasaan. Perempuan merasa aman dari modus yang terselubung
Saya belajar bagaimana seorang laki-laki bisa berbuat baik karena memang dia mau berbuat baik. Tidak menjanjikan apapun mengenai perasaan. Pun tidak mengumbar kedekatannya secara mainstream di media sosial. Dan tindakannya sangat konkrit ketika dia telah memilih satu perempuan. Alhasil yang terjadi bukan perempuan yang cemburu karena dia (laki-lakinya) baik terhadap semua orang-termasuk perempuan. Tapi perempuan lain cemburu kepada sang istri tersebut karena mendapat laki-laki yang sangat baik menurut mereka. 
Banyak laki-laki dan perempuan yang mengejar status sosial ini (pacaran) untuk mengenalkan pada dunia, bahwa ada hubungan khusus antara mereka berdua dan lebih dari sekedar teman. Nah, dalam pemahaman saya dan beberapa teman diskusi, status sosial ini adalah fenomena kebutuhan pengakuan (aktualisasi). Laki-laki atau (terutama) perempuan ingin memiliki kepastian dan pengakuan posisinya berada dimana saat ini dihadapan orang lain dan dihadapan masyarakat. Yang padahal, status sosial ini, dalam agama yang saya anut sejak sebelum lahir ke dunia, tidak memberikan kepastian apa-apa selain asumsi-asumsi yang dijadikan nilai-nilai kepercayaan umum. 
Asumsi tentang hidup dimasa yang akan datang, asumsi tentang berkeluarga kelak, bahkan ada asumsi ngawur yang menjadikan agama sebagai asumsi bahwa Allah telah mengirimkan seseorang tersebut (sebagai pacar) sehingga seolah-olah hal ini baik-baik saja dalam sudut pandang agama. Semakin tidak baik saja pola yang terjadi di masyarakat. 
Tujuan saya sering menulis seperti ini tidak lain pun untuk mengingatkan diri saya sendiri dan teman-teman. Karena saya pun berada dalam fase ini. Fase dimana ketertarikan saya sebagai laki-laki kepada perempuan berada pada titik dimana saya sadar memang sedang mencari perempuan untuk menjadi pendamping. Dalam gempuran budaya pop dan kepercayaan masyarakat tentang hubungan sebelum pernikahan (yang tidak saya anut). Saya berkumpul dengan orang-orang sefrekuensi, berdiskusi, dan menulis untuk menjaga diri.  Karena menjaga diri itu sulit sekali ditengah aktivitas saya yang sering bertemu dengan banyak perempuan.
Ada yang mengingatkan, ada yang menegur, ada yang melempar saya dengan lemari, ada yang mau nyeburin saya ke laut selatan karena saya sendiri pun bisa luput dari penjagaan saya terhadap diri saya sendiri. Keberadaan teman-teman inilah yang membuat saya percaya bahwa dalam hidup ini, ketika saya sedang berjalan pada satu titik, saya akan temukan dalam perjalanan itu orang-orang yang memang memiliki arah yang sama dan pada akhirnya kami saling menjaga. 
Ya percayalah bahwa segala sesuatu yang Allah tetapkan untuk hamba-Nya adalah garis yang baik. Allah telah memberikan pedoman untuk hidup dan ketika saya memutuskan memilih menggunakan pedoman itu, saya telah mengambil segala konsekuensinya. 
Bandung, 25 September 2013

No comments:

Post a Comment