Sebaliknya, kemarin lalu teman saya bercerita bahwa sebentar lagi dia akan menikah dengan seseorang yang dulu pernah dia benci. Saking bencinya, itu cowok juga ikut-ikutan benci sama si A (sebut aja perempuannya itu A) dengan tidak pernah mau menyapa ketika mereka berpapasan. Ini bukan benci yang dibuat-buat, mereka memang saling tidak menyukai karena hal tertentu yang saya kurang tahu tentang alasan mereka. Hingga akhirnya mereka lulus dari SMA, melanjutkan hidup masing-masing di Universitas yang berbeda. Yang cowok di Jakarta, yang perempuan di Singapore. Mereka sempat saling bertemu di dalam acara reuni SMA. Namun, akhirnya si perempuan mencoba untuk menegur sapa duluan. Dengan acuhnya, sang pria membalasnya hanya dengan senyuman tanpa membalas balik. Singkat cerita, acara reuni selesai dan mereka kembali ke kota masing-masing mereka tinggal. Namun siapa yang seutuhnya memiliki perasaan kita? Bahwa hati ini mudah sekali dibolak-balik oleh sang maha penyayang. Dan sejauh apapun jarak membuat spasi diantara mereka, sekelam apapun masa lalu mereka, ketika semesta sudah berkehendak untuk mempertemukan mereka dalam sebuah perasaan cinta yang dinamakan pernikahan, tidak ada sesuatu apapun yang dapat merubahnya. Tidak ada.
Kematian, pasangan hidup, atau apapun itu semua telah digariskan dan ditentukan oleh Allah. Sekeras apapun kita meminta, semerintih apapun kita memohon, Allah selalu memiliki jawaban terbaiknya. Lantas mengapa kita masih memaksa? Mencoba bersikeras dengan apa yang kita inginkan yang mana kita bukanlah seseorang yang mampu menentukan apapun dalam masa depan kita. Bermimpi-berencana-berusaha, semua hal itu kita butuhkan dalam hidup. Tetapi tetap semua yang menentukan hanya pemilik kita. Bukan saya, kamu, atau mereka.
Dan apakah kita masih berfikir ada hari esok, ketika kita tidak bisa memaksimalkan apa yang kita lakukan pada hari ini? Dan apakah kita masih ingin menjaga dengan baik apa yang kita punya pada hari ini?
"- Finn: It's your own star
- Rachel: You named a star after me?
- Finn: No, I thought about that, but then I named it Finn Hudson. Because there's already a star named Rachel Berry. And she's right here on earth, and she's brighter than any of those stars up there. So I just wanted to make sure that whenever she feels lonely she can look up in the sky, and no matter where I am, she can know that I'm looking down on her."
- Rachel: You named a star after me?
- Finn: No, I thought about that, but then I named it Finn Hudson. Because there's already a star named Rachel Berry. And she's right here on earth, and she's brighter than any of those stars up there. So I just wanted to make sure that whenever she feels lonely she can look up in the sky, and no matter where I am, she can know that I'm looking down on her."
Perhaps he is out there, bright and shining as a star in the sky. Forever in our hearts, Cory
No comments:
Post a Comment